Hizib Mubarrok Syadzaly
Loorr... zaman sekarang kan banyak ustadz anyaran (ustadz baru) yang membuming di zaman now ini. Lantas bagaimana kita sebagai masyarakat awam untuk menyikapinya? Menurut Gus Badawi Basyir, ustadz itu terbagi menjadi 4 golongan.
Yang pertamayaitu ustadz pesantren, yang gawehan kesehariannya hanya mengurus santri secara full 24 jam. Ra mikir sawah, dadah, omah, yang penting kebutuhan santri-santri dapat terpenuhi, mulai dari kebutuhan rohani sampai jasadi. Mulai dari ilmu syareat sampai hakikat. Mulai dari qori’ah sampai thoriqah dan sejenisnya.
Yang Keduauistadz pamong, ini gawehannya tukang ngurus kebutuhan masyarakat setempat, contohnya seperti memimpin shalat jamaah maktubat maupun shalat mandubat, memimpin jamaah tahlil, menikahkan pengantin, kerja bakti, penyatuan umat dan kegiatan-kegiatan sejenisnya yang berhubungan dengan kemasayarakatan.
Yang ketigaustadz uka-uka, yakni ustadz yang terjun dibagian ilmu hikmah, contoh tugas dan kesehariannya seperti ngayomi masyarakat dari gangguan makhluk gaib, sebagai obyek penyembuhan, tempat bertanya dan meminta pendapat bagi warganya sesuai dalil yang Fas-aluu ahla dzikri in kuntum laa ta’lamuun (tanyalah kepada ahli dzikir, jika kamu tidak mengetahuinya). Yang terpenting baginya adalah ritual full, njangkung sedjo, demi kemaslahatan umat secara keseluruhan.
Yang ke empatadalah ustadz selebritis, mereka adalah kyai atau ustadz yang kerjanya berdakwah, seperti mengisi pengajian, berkhutbah dan mengisi acara-acara TV dan radio
Setelah kita dapat mengelompokkan antara ustadz-ustadz diatas, maka kita dapat mengetahui langkah selanjutnya bagaimana cara kita menentukan langkah untuk membina anak didik kita yang sesuai dengan bakatnya. Ingat loor... jangan salah pilih ustadz / kyai, belum tentu kyai itu sama. Nek coro jowo papak ora podho, ya ini maksudnya. Misal, anak kita ingin pinter ngaji kitab ya serahkan pada ustadz No. 1. Jika kita ingin menjadikan anak kita sebagai pengabdi bangsa dan negara ya serahkan pada ustdaz No. 2. Dan jika kita ingin mencetak generasi ahli hikmah tentu rujukan kita pada ustadz No. 3 yang mendalami ilmu pertumbalan, ilmu kanuragan, ilmu kegaiban dan sejenisnya. Dan jika kita ingin menjadikan anak kita sebagai ahli dakwah, ahli pinter ngomong ya serahkan pada ustdaz No. 4 yang jago dakwah. Paham nggih...
Dengan adanya fenomena ustadz anyar ini mboh ilmunya setinggi kapal atau hanya selutut kita gak tahu. Tapi biasanya sok nggregetke... ente-ente semua nggak perlu marah-marah, gak perlu pusing-pusing terhadap ustadz-ustadz anyaran tersebut. Yang jelas mereka saudara kita. Kenapa kita mesti kolusi dengan kanjeng Nabi untuk menuju Allah? “Rasah dijawab”. Ancen maqom kita ini maqom terrendah to loorrr.. tidak seperti orang-orang yang langsung ketemu Allah. Kita ini manut n mengikuti kanjeng apa dawuhnya baginda Nabi ﷺ Maka sudah sepantasnya setiap bangun tidur / setiap mata kita mulai melek langsung ingat kanjeng Rasul. Kenapa demikina? Ya demi berebut cintanya. Gitu nggih.
Arahkan nur anda untuk mendapatkan dunia dan Akhirat dan bukan untuk mendapatkan salah satunya saja. Jadi tidak untuk mencari dunia tok, tidak untuk akhirat tok, Tetapi untuk mendapatkan kedua-duanya...
Jangan membawa Ajaran LaiN dalam Islam, Siapa tahu ada yang berbeda... Siapa yang bertanggungjawab jika terjadi sesuatu... Demikian nggeh... Sama-sama bacaan Tahlil jika dibaca kelompok orang yang berbeda maka hasilnya juga berbeda.
Sama seperti pisau seharga ribuan. Saat ibu-ibu rumah tangga yang mempergunakannya, maka seisi rumah bisa kenyang semua karena tentu dibuat untuk merajang bumbu.
Namun jika pisau 10 ribuan tersebut ada ditangan Perampok, maka hasilnya akan berbeda, entah berapa nyawa yang terancam.
Demikian nggeh... Hati-hati dalam bertindak.
-﴿حِزْبُ المبرك﴾-
إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّى اْلـمُصْطَفَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ الْفَاتِحَةِ .... ثُمَّ إِلَى حَضْرَةِ الشَّيْخِ أَبِى الْحَسَنِ الشَّاذَلِي وَإِلَى الشَّيْخِ الْعَارِفِ آمْبَاهْ سَنُوْسِى آمْبَاهْ يس قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُم وَنَوَّرَ ضَرِيْحَهُم وَيُعْلِى دَرَجَاتِهِمْ شَيْئٌ للهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةِ ...
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
رَبِّ عَبْدُكَ ضَاقَتْ بِهِ الْأَسْبَابُ وَغَلَّقَتْ دُوْنَهُ الْأَبْوَابُ، وَتَعَسَّرَ عَلَىْهِ سُلُوْكُ طَرِيْقِ أَهْلِ الصَّوَابِ، وَزَادَ بِهِ الهَمُّ وَالغَمُّ وَ الْاِكْتِئَابُ، وَانْقَضَى عُمْرُهُ، وَلَمْ يَفْتَحْ لَهُ إِلَى فَسِيْحِ تِلْكَ الْحَضْرَاتِ وَمَنَاهِلِ الصِّفْوَةِ وَالرَّاحَاتِ بَابٌ، وَانْصَرَمَتْ أَيَّامُهُ وَالنَّفْسُ رَاتِعَةٌ فِي مَيَادِيْنِ الْغَفْلَةِ وَدَنَاءَاتِ الْاِكْتِسَابِ، وَأَنْتَ الْمَرْجُوْ لِكَشْفِ هَذَا النِّصَابِ، يَا مَنْ إِذَا دُعِيَ أَجَابَ يَا سَرِيْعَ الْحِسَابِ يَا عَظِيْمَ الْجِنَابِ، رَبِّ لَا تَرُدَّ مَسْأَلَتِيْ وَلَاتَدَعْنِيْ بِحَسْرَتِيْ، وَلَاتَكِلْنِي إِلَى حَوْلِي وَ قُوَّتِي وَارْحَمْ عَجْزِيْ وَفَقْرِي وَفَاقَتِيْ، وَذَلِّلْ صُعُوْبَةَ أَمْرِيْ وَسَهِّلْ طَرِيْقَ يُسْرِي، فَقَدْ ضَاقَ صَدْرِي وَ تَاهَ فِكْرِيْ وَتَحَيَّرْتُ فِي أَمْرِيْ أَنْتَ الْعَالِمُ بِسِرِّيْ وَجَهْرِيْ المَالِكُ لِنَفْعِيْ وَضَرِّيْ الْقَادِرُ عَلَى تَيْسِيْرِ عُسْرِيْ. رَبِّ ارْحَمْ مَنْ عَظُمَ مَرَضُهُ وَعَزَّ شِفَاؤُهُ وَكَثُرَ دَاؤُهُ وَقَلَّ دَوَاؤُهُ، وَأَنْتَ مَلْجَأَ هُوَ رَجَاؤُهُ وَمُغِيْثُهُ، إِلٰهِيْ وَ سَيِّدِيْ وَ مَوْلَايَ، ضَاقَتْ الْمَذَاهِبُ إِلَّا إِلَىْكَ، وَخَابَتْ الْآمَالُ إِلَّا لَدَيْكَ، وَانْقَطَعَ الرَّجَاءُ إِلَّا مِنْكَ، وَبَطَلَ التَّوَكُّلُ إِلَّاعَلَىْكَ، لَامَلْجَأَ وَلَامَنْجَى مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، تَحَصَّنْتُ بِذِي الْمَلِكِ وَالْمَلَكُوْتِ، وَاعْتَصَمْتُ بِذِي الْعِزَّةِ وَالْجَبْرُوْتِ وَتَوَكَّلْتُ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَايَمُوْتُ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا.
0 Response to "HIZIB MUBAROK SYADZALY"
Posting Komentar