LifeStyle atau gaya hidup adalah bagian dari ikhtiar seseorang. Ikhtiar / pilihan style / pilihan gaya adalah bagian dari alat ukir kehidupan seseorang. LifeStyle adalah sebuah program kehidupan pada saat seseorang login di dalamnya akan muncul tampilan-tampilan kehidupannya, mulai dari kondisi ekonominya yang meliputi kaya dan miskin, lingkungannya meliputi sahabat-sahabat dan dunia pertemanannya, dan kesehatannya, termsk jenis penyakit yang mewarnai dunianya.
Manah / Tiwikrama, adalah gerakan pengerahan tenaga adikodrati yang bersifat bathiniyah untuk menyulap tata kehidupan baru yang dikehendaki untuk menjalani laku kehidupan agar hari esok lebih baik dari hari yang telah berlalu, sesuai dengan agenda dan tujuan hidupnya.
Sebo menyang gusti, adalah gerakan login kepada system kehidupan yang dipilihnya. Tanpa tandang sebo berarti seseorang berada pada kehidupan yang tidak mengikuti system yang berujung pada hidup bagai air di atas daun talas yang saat otaknya jongkok, akan menjadi bulan-bulanan kehidupan. Dan pada saat otaknya josss hanya mencipta diri sebagai Opportunis / orang yang hidup sekedar mencari untung saja yang saat peruntungan tak di dapat dalam siklusnya akan berujung menjadi gelandangan hidup.
Banyak orang-orang Tionghoa klasik yang memeluk faham kosmopolitisme, yang mengatakan tidak ada kebangsaan, tidak ada bangsa, yang ada adalah "menschheid", peri kemanusiaan".
Penyakit kosmopolitisme China kuno ini, rupanya menjadi Laten saat ini. Tampil bersamaan dengan Sars Cov-2 yang mengakibatkan penyakit yang disebut Covid -19 yang juga membawa Molo yang bersumber dari China.
Dunia kini telah menderita penyakit kronis yang sumbernya sama, yaitu sama-sama dari negeri China.
1. Covid -19
2. Kosmopolitisme
Yang ditandai dengan New Normal sebagai Life Style dunia.
Lebih menyedihkan lagi New Normal telah menginfeksi sampai ke Jantung Kehidupan, yakni merasuk ke Zona Peribadatan. Sehingga kini Islam, Kristen, Hindu, Budha memiliki cara baris yang sama dalam bermunajat kepada Sang Kuasa.
Ini Hidup... harusnya Manut Gusti Dzat kang Murbeng Dumadi atau manut otak dengan Kosmopolitisme? Allah itu menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan kultur yang berbeda untuk keseimbangan alam Semesta. Dan secara tegas Allah tidak menciptakan Satu Umat saja. Lha kok sekarang seluruh dunia do Edan New Normal. Sudah sedemikian saktikah otak ini? Sehingga harus diikuti dengan menanggalkan pakem dari Sang Kuasa.
Tentang Covid saja gak becus kok, akal-akal ngarang gaya hidup. Pastikn 100% gaya hidupnya juga gak becus.
Pesanku, Tetaplah berpegang pada Pakem Pandoming urip. Salah jika kita menobatkan otak sebagai tuhan yang harus dipatuhi dalam urusan apapun. Sampai urusan ibadah memakai hukum otak. kita ini mau kafir semua kah? atau dari Kelangan Gusti Kah kita ini?
Bocoran Lorrr...
Manakala Pakem Pandoming urip mulai tak digugu. Maka sudah tak ada lagi manusia. Bukan manusianya mati, tetapi sudah berwujud bukan manusia lagi.
Pastinya adalah Hak setiap orang untuk memilih ikhtiarnya sendiri termasuk memilih gaya hidupnya sendiri sesuai drngan kultur budaya dan keyakinannya masing-masing.
Ingatlah.... Jika kita login dalam Penyakit Kosmopolitisme. Maka di muka bumi ini akan ada Satu Penguasa saja dan negara-negara tak lebih hanya kepanjangan tangan Penguasa dunia. Sdgkan rakyat manusia tak lebih hnya budak budak internasional yg akan menerima warna dari Penguasa dunia, untuk masalah politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama. Kabeh di atur oleh Penguasa Dunia. Sadarlah Inilah Gaya Hidup Dajjalisme yang sdg digarap oleh Dajjal utk bisa memperbudak seluruh umat manusia utk menjadi pengikutnya n pelayan2 setianya
0 Response to "LIVE STYLE OF TIWIKRAMA"
Posting Komentar